RSS

Mengapa setiap liburan Kota Bandung selalu MACET ???

MACET! Hanya satu kata yang terungkap setiap kali membicarakan Bandun di hari Minggu. Meski demikian pengunjungnya tak kunjung henti, tak kunjung berkurang. bertambah iya.
Tampilan Parij van Javai ini tambah hari nampaknya makin semlohei. Tak heran, jumlah pengunjung setiap libur terus berdatangan membuat arus lalu lintas memadat, menyemut di nyaris semua ruas jalan di kota ini.
Pengujung yang didominasi asal Jakarta itu datang ke Bandung bukan hanya untuk menikmati udara yang dingin saja – karena Bandung sudah tak dingin lagi – , tapi menikmati pusat belanja pakaian dan makanan yang beda dari yang ada di ibukota ini.
Berdasart pemantauan, ribaun pengujung selalu memadati Jalan RE Martadinata dan Dago, karena di jalan ini beridiri  puluhan FO dan rumah makan setelah Cihampelas.
 Di Cihampelas, ada ratusan toko busana jeans dengan mematok harga  murah dengan kualitas tinggi. Semenjak FO berdiri, keberadaan Cihampelas menjadi pusat pakaian alternatif di mata pengujung. Mereka baru berkunjung ke Cihampelas ketika pakaian yang menjadi taget utama mereka tak ditemukan di FO
 Belakangan, FO yang berdiri di Dago dan RE Martadinata terus berbenah diri sehingga semua kebutuhan pengujung bisa didapat di pusat ini.  Terlebih, dari pusat FO yang berdiri di pusat kota bandung cukup memudahkan pengunjung untuk mencari hotel.
Hotel Panghegar, Preanger, Homan, Kedaton, Cemerlang, dan Papandayan,yang merupakan tempat penginapan pavorit lokasinya tak jauh dari FO berdiri.
Yang cukup menarik lagi, di Jalan dago dan Martadinata berdiri rumah makan yang kini menjadi target utama pengujung.  Sebut saja, rumah makan Bumbu Desa, Rumah Makan Sunda, dan wisata kuliner lainnya hampir 90 persen berdiri di dua ruas jalan utama itu. Berhubung kondisi kebutuhan pengujung cukup terpenuhi di tempat itu, maka tak berlebihan jika mereka lebih banyak meluangkan waktu di sekitar Jalan Dago.
Memang, di Bandung beridiri gedung bersejarah seperti Gedung Sate, Asia Afrika, dan sejumlah musem lainnya, tapi dalam libur gedung  bersejarah minim pengunjung dibanding factory outlet.
PENERTIBAN
 Melihat kenyataan seperti itu, tak sedikit warga bandung meninta supaya Pemda setempat segera menertibkan wisata FO dan kuliner agar tak terjadi ketimpangan dalam jumlah pengunjung.
Paket wisata harus dibenahi supaya wisatawan yang datang bisa menikmati wisata sejarah, pakaian, dan kuliner cukup berimbang.
MACET UEY
Bandung macet Euy! Itulah lontaran kata yang acap kali dilontarkan pengunjung yang datang ke Kota Kembang ini. Tak sedikit mereka merasa kaget atas penderitaan macet yang kini kian parah di Bandung.
Berbagai tudingan penyebab kemacetan pun terus dilontarkan mulai tak berjalannya lampu lalu lintas (trafic light), terlalu banyak kendaraan, hingga ke tidakdisiplinnya para pengemudi.
Lebih telak lagi, sasaran tembak atas macetnya sejumlah jalan utama di Bandung akhir-akhirnya ditujukan ke pengusaha factory outlet (FO) dan pihak kepolisian. Polisi dinilai belum oprimal bekerja di lapangan dalam mengatur lalu lintas, kemudian FO dituding mendirikan usaha seenaknya tanpa memikirkan tata ruang kota Bandung.
Pemda setempat dinilai terlalu mudah memberikan izin usaha meski mereka membangun FO bukan di tempat peruntukannya.
Terlepas siapa yang salah dan benar bukanlah suatu hal yang perlu diperdebatkan. Yang jelas Bandung kini sudah macet… macet…. dan kemacetan itu sudah diluar kewajaran terutama menjelang akhir pekan, dan menghadapi libur panjang.
Bisa dibayangkan, macet dari pintu tol Pasteur ekornya hingga tembus ke Gedung Sate. Luar biasa!.
Kemacetan di kota Bandung mulai terjadi empat tahun ini ketika wisata pakaian (FO) dan kuliner di kota ini terus bermunculan. Memasuki tahun tahun 2002 angka kemacetan hanya meliputi pintu tol Pasteur. Lambat laun menjalar ke Jalan Oten dan Cihampelas yang pertama kali dikernal pengujung. Kedua tempat tertsebut merupakan cikal bakal wisata pakaian.
Dari dua tempat tersebut angka kemacetan terparah sering kali terjadi di Cihampelas. Pasalnya, sepanjang jalan itu sejak dulu sudah berdiri pusat jeans yang terkenal murah dengan kualitas bagus. Memasuki tahun 2004 pusat pakaian terus berkembang hingga beberapa jalan utama seperti Jalan Dago, Setiabudi, hingga Jalan RE Martadinata kini sudah beralih fungsi dari rumah dinas militer mendadak disulap menjadi FO, rumah makan, dan hotel.
 Buntut dari pesatnya pembangunan usaha di ruas jalan tadi imbasnya dapat dirasakan saat ini. Bandung, macet, macet dan macet. Ironisnya, Pemda sendiri nampak menutup sebelah mata atas kemacetan itu.
Padahal jika diurut ke fungsi semula baik wilayah Dago, RE Matradinata, dan Ledeng bukan untuk daerah usaha. Meski kemacetan kini sudah menelan Bandung tapi tak ada satu pun yang mengaku bertanggungjawab.
Kasat lantas Polwiltabes Bandung, AKBP Prahoro ketika dimintai komentar mengaku angka kemacetan di Bandung belum mencapai ke titik krtitis dan dinilai masih sederhana.
Dia menuturkan, berdasar pengamatan lapangan kemacetan itu hanya terjadi di beberapa jalan utama. ” Ada tujuh jalan utama yang ditakuti di Bandung baik oleh warga setempat maupun pengujung,” ujarnya.
 Jalan Kiracondong, Gatot Sunroto, Kopo, dan Buahbatu merupakan tiga jalan yang ditakuti warga setempat setiap hari. Di jalan ini setiap pagi dan menjelang bubaran kantor selalu terjadi kemacetan yang luar biasa. Sedang pada suasana libur arus lalu lintas di jalan tersebut selalu lancar dan terkendali. Memasuki libur empat jalan utama yang ditakuti pengujung maupun warga setempat. ” Jalan Pasteur, Cihampelas, Dago, Setiabudi dan RE Marthadinata merupakan jalan yang sudah dicap pusat kemacetan,” kata Prahoro.
 Kasat lantas sependapat, kemacetan parah yang terjadi pada liburan di empat jalan utama imbasnya ke ruas jalan lain. Oleh karena itu, kelumpuhan arus lalu lintas lebih sering terjadi pada libur panjang dan di tempat tertentu.
” Kemacetan itu belu menyeluruh dan baru terjadi di beberapa ruas jalan. Kami masih mampu mencairkan masalah itu dengan menurunkan 280 anggota lali lintas,” kilah dia.(dono darsono)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar